Pak Budi lalu ke loket untuk membeli tiket masuk. Biaya masuk sangat murah, hanya dikenakan Rp7.000,-/orang (lokal) dan Rp25.000,- (mancanegara). Objek wisata Candi Sukuh buka setiap hari dari jam 07.00-17.00. Setelah membeli tiket, petugas memberikan kain pajang bermotif kotak-kotak hitam putih yang wajib dikenakan dengan mengikatnya di pinggang selama berkeliling di area candi.
Berdiri di ketinggian lebih dari 910 meter di atas permukaan laut, bangunan bernama Candi Sukuh ini memiliki keunikan karena dipenuhi dengan ornamen erotisme, jauh dari gambaran budaya Jawa pada umumnya. Daya tarik inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan candi erotis. Padahal, jujur saja, menawannya pemandangan di sekeliling candi yang justru langsung menarik perhatian saya.
Candi Sukuh ditemukan kembali oleh Johnson dalam keadaan sudah runtuh, Residen Surakarta pada masa pemerintahan Raffles di tahun 1815. Berlanjut penelitian pertama yang dilakukan oleh Van der Vlis, kemudian Hoepermans pada tahun 1864-1867. Diteruskan Verbeek pada tahun 1889 dan Knebel & WF Stutterheim pada tahun 1910. Untuk mencegah kerusakan, Dinas Purbakala setempat merehabilitasi Candi Sukuh pada tahun 1917. Candi ini juga disebut sebagai saksi terakhir kejayaan Hindu di Jawa, karena selepas Majapahit runtuh pada abad XV, tidak lagi ditemui adanya pembangunan candi di Jawa.
Candi Sukuh merupakan peninggalan agama Hindu yang dibangun akhir abad ke-15 Masehi. Berbeda dengan candi-candi yang ada di Jawa Tengah seperti Borobudur dan Prambanan, arsitektur Sukuh dikatakan menyimpang dari aturan kitab suci arsitektur Hindu Wastu Widya. Diterangkan bahwa sebuah candi harus berbentuk bujur sangkar dengan tempat yang paling suci berada di pusat tengahnya. Apa yang terjadi dengan Candi Sukuh ternyata mencengangkan yang justru dibangun menyimpang dari aturan tersebut. Tapi mungkin tidak mengherankan. Sebab, kala Sukuh dibangun, masa kejayaan Hindu sudah mulai memudar di Jawa. Akibatnya, kebudayaan lokal pra-histori zaman megalitikum terangkat kembali yang turut mempengaruhi dan memberikan ciri khas pada Candi Sukuh ini.
Konsep Candi Sukuh
Jika dilihat keseluruhan, Candi Sukuh ini sangat unik, sungguh berbeda dari candi Hindu pada umumnya yang memiliki struktur ramping menjulang tinggi dengan ornamen yang rumit. Candi Sukuh itu menyerupai trapesium sederhana, seperti bangunan Chichen Itza dan Chacchoben di Meksiko, ataupun Tikal di Guatemala..
Konsep Candi Sukuh yang menempati area seluas +5.500 meter persegi berwujud punden berundak atau teras bertingkat yang merupakan satu-satunya di Jawa. Dari cerita sejarah menerangkan jika candi ini tidak dibangun oleh para petinggi kerajaan, melainkan masyarakat pinggiran yang merupakan pelarian Majapahit untuk menghindari pasukan Demak Bintoro. Karenanya, candi ini dibangun berbentuk punden berundak berikut arca-arca yang berbeda dengan candi-candi pada umumnya
Komplek Candi Sukuh terdiri dari tiga halaman teras yang menghadap ke barat. Berbeda dibandingkan dengan candi-candi di Jawa Tengah yang umumnya menghadap ke timur. Setiap halaman teras terbelah dua dan ditengahnya terdapat batu yang tertata sebagai jalan setapak menuju gapura teras lainnya. Sejurus pandang dari puncak gapura, saya terpesona dengan landscape sederhana nan apik dari teras candi ini ❤. Ketiga teras tersebut melambangkan tingkatan menuju kesempurnaan.
Teras Pertama
Diawali dengan halaman teras pertama yang terdapat gapura bernama Paduraksa. Gapura ini berbentuk kerucut dipenggal, mirip seperti pylon - gapura masuk piramida di Mesir. Pada ambang pintu dihiasi kala berjanggut panjang. Pada sisi kanan dan kiri terdapat relief yang menggambarkan seorang yang tengah berlari sambil menggigit ekor ular naga yang sedang melingkar.
Sementara diatasnya terdapat relief makhluk mirip manusia yang sedang melayang dan relief seekor binatang melata. Di dinding luar gerbang terdapat relief yang menggambarkan garuda dengan sayap terbentang mencengkram seekor ular. Di dinding luar sayap kanan dan kiri ada relief manusi dalam posisi jongkok sambil memegang senjata. Dari sejumlah relief ini ada yang ditandai sebagai tafsir tahun pembuatan candi.
Nuansa erotis yang unik adalah motif yang berada di ruang dalam lantai gapura, terdapat relief paduan lingga (alat kelamin pria) dan yoni (alat kelamin wanita) dipahatkan natural hampir bersentuhan, dan dibingkai dengan pahatan tali melingkar. Sepintas memang tampak vulgar, tetapi jangan disalahartikan dulu ya 😉
Pertemuan lingga-yoni dalam bentuk nyata memang disimbolkan sebagai lambang kesuburan atau lambang penciptaan. Relief ini sesungguhnya menggambarkan Dewa Syiwa dengan sakti-nya yaitu Parwati (Dewi Uma). Pintu masuk gapura Paduraksa berfungsi sebagai “suwuk”, tempat pemurnian jiwa dan raga. Relief tersebut sengaja dipahat di lantai pintu masuk gapura agar siapa saja yang memasuki pintu gapura dan melangkahi relief lingga-yoni, maka segala kotoran yang melekat sirna dan terlahir suci kembali. Boleh jadi, relief ini sama halnya dengan “ruwat” yaitu membersihkan segala mala yang mengotori dalam diri manusia untuk menaikkan seseorang kepada tingkatan yang lebih suci. Relief ini kini diberikan pembatas pagar sehingga tidak dapat dilewati, jadi pengunjung cukup melihat dan mengambil foto dari luar pintu pagar.
Di sebelah utara halaman teras terdapat 3 pahatan batu berbentuk kotak yang diletakkan berjajar. Tiga panel batu tersebut berisi gambar seorang pria menunggangi gajah, gambar sepasang lembu, dan terakhir gambar seorang pria menunggangi kuda ditemani pria bersenjata tombak serta disampingnya ada seorang pria sedang memayunginya. Di belakang tiga panel tersebut terdapat koleksi batu berbagai bentuk dan lingga.
Teras Kedua
Pada teras kedua terdapat gapura tanpa atap yang kondisinya sudah tidak utuh lagi, hanya menyisakan berundak dengan sembilan anak tangga. Tidak ada patung atau hiasan di gapura ini. halaman teras ke dua juga tidak terlalu luas dan tidak ada relief atau patung.
>>Baca juga: Wisata Penuh Warna di Kampung Jodipan Malang
Teras Ketiga
Pada teras ketiga berupa kawasan candi induk yang dianggap paling sakral. Untuk memasuki teras ketiga, pengunjung melewati gapura yang kondisinya sudah rusak. Di halaman teras ketiga ini dapat dijumpai banyak patung dan panel batu bergambar. Panel-panel batu ini sangat menarik, pahatannya begitu jelas menggambarkan tema cerita. Kalau dari yang saya baca di buku, panel-panel batu ini berkisah tentang Kidung Sudamala.
Relief Sudhamala |
Arca Garuda |
Pada sisi utara halaman teras candi induk berdiri 3 buah arca garuda, patung manusia bersayap dengan posisi kepala garuda dan sayap membentang. Dua diantaranya arca tanpa kepala. Salah satu arca garuda terdapat prasasti yang menandai tahun Saka 1363. Selanjutnya di sebelah selatan ada pahat relief pande besi. Adegan dalam panel relief tersebut adalah seorang duduk jongkok dan disampingnya ada beberapa senjata tajam hasil dari pande. Di bagian tengah berupa gambar gajah berdiri dengan satu kaki kanan (kaki kiri ditekuk). Gajah ini memakai surban dan kedua tangannya memegang ekor binatang yang akan dimakan. Sedangkan bagian kanan terdapat gambar seorang berdiri dengan masing-masing tangan memegang tangkai ububan.
Relief Pande Besi |
Pada bagian depan candi induk terdapat sebuah candi kecil dengan pintu menghadap ke barat. Menurut mitologi setempat, candi ini merupakan kediaman Kyai Sukuh, penguasa gaib kompleks candi tersebut. Dekat candi kecil terdapat 3 ekor relief kura-kura berukuran besar yang disebut sebagai lambang dari dunia bawah yakni dasar gunung Mahameru. Relief kura-kura ini juga ditemukan di Candi Cetho. Kisah lainnya berkaitan dengan agama Hindu yakni “samudra samtana” yaitu ketika Dewa Wisnu menjelma sebagai kura-kura raksasa untuk membantu para dewa-dewa lain mencari air kehidupan (tirta prewita sari). Nuansa erotis juga dapat ditemukan dengan adanya arca seorang pria tanpa kepala berdiri memegang lingga (alat kelamin)
Bangunan candi induk berbentuk trapesium yang memiliki dasar berukuran 15 meter persegi dan tingginya mencapai 6 meter. Bagian tengah sisi barat bangunan ada tangga sempit dan agak curam untuk menuju ke atap candi. Arsitektur candi induk diduga sengaja di buat demikian menyerupai bentuk vagina. Konon ini bertujuan untuk mengetes keperawanan para gadis. Apabila seorang gadis perawan mendakinya, maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun, apabila si gadis tidak perawan, ketika mendaki batu berundak ini, maka kain yang dikenakannya akan robek dan terlepas.
Disisi atas tangga pintu masuk candi, dipahatkan delapan ekor naga berlilitan dua-dua membentuk wujud bujur sangkar. Pada bagian atas candi yang datar, terdapat lubang bekas menempatkan sebuah lingga berukuran besar. Dikatakan, Lingga setinggi enam kaki disertai dengan empat testis pernah berada di puncak piramida, yang sekarang tersimpan di Museum Nasional di Jakarta.
Dari sekian keunikannya, candi ini sangat sederhana yang berisikan relief berbagai bentuk yang menarik, terutama sejumlah relief-relief erotis yang menghiasi di kompleks candi ini. Relief-relief erotis di tempat suci bukanlah untuk dimaknai negatif. Melainkan penuangan pemikiran pada zaman itu dalam menggambarkan lambang kesucian hubungan antara pria dan wanita yang merupakan hal sakral dalam melahirkan cikal bakal kehidupan manusia. Meski dikenal sebagai candi paling erotis, Sukuh memiliki relief-relief unik yang melahirkan kisah dan legenda yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Pak Budi banyak bercerita kisah-kisah di candi ini, sayangnya tidak banyak yang bisa saya ceritakan ulang kembali disini. Memang kalau didongengin orang tua itu berasa banget ceritanya☺. Setidaknya dengan berbagai pengalaman berwisata ke Candi Sukuh, kita dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan kepedulian dalam memelihara dan melestarikan cagar budaya yang ada di Indonesia. Semoga informasinya bermanfaat ya temans. See you soon di cerita saya ke Candi Cetho 💋🙋
waah.. makasih infonya, Mbak. Baru dengar ada candi erotis di Indonesia. Semacam catatan kama sutera, kah?
ReplyDeleteIni lebih ke relief reliefnya yang memang agak vulgar. Karena dari kisah dan historinya jauh dari kama sutera. Cuma memang, relief disini unik, berbeda dari relief candi kebanyakan
DeleteBlognya keren, dan informasinya bermanfaat..
ReplyDeleteTerima kasih ya sudah mampir ke blog aku ☺️
DeletePadahal aku sering mudik ke solo, dan slalu mampir ke Karanganyar, tapi g pernah ke candi ini. Menarik ternyata sejarahnya. Dan dalamnya baguuus ya mba. Msh teratur gitu.
ReplyDeleteNext mudik, aku bakal mampirin candi ini. Itung2 ngajakin anakku belajar sejarah dr peninggalan2 candi begini
Iya bagus candinya meski sederhana :). Paling enak kalau pake guide yang bisa nyeritain kisahnya. Apalagi kisah-kisah seputar lingga & Yoni 🤭
DeleteKeren banget bangunan dan pemandangannya. Eksotis
ReplyDeleteIya betul, bangunannya termasuk unik plus pemandangannya juga bagus ☺️
DeleteInformasi sejarah yang bermanfaat..
ReplyDeleteMakasih ya sudah mampir ☺️
DeleteKeren sekali bangunan nya monggo kalau mau mampir blog baca komik bahasa indo
ReplyDeleteMakasih ya sudah mampir :).. aku sdh kunjung balik blognya ☺️
DeleteKerennn
ReplyDeleteSama, blog kamu juga keren loh :)..makasih ya sdh berkunjung ☺️
Delete