Taman Nasional Tanjung Puting merupakan tempat konservasi Orangutan terbesar dan terluas di dunia. Berada di area seluas lebih dari 400.000 ha dan dihuni oleh Orangutan, satwa endemik asli Indonesia, dengan populasi sekitar 57.000 individu. Keberadaannya kini menjadi perhatian dunia karena tingkat populasinya yang kian menurun tiap tahun Mencintai satwa endemik Indonesia adalah salah satu bentuk kepedulian kita untuk menjaga populasinya dari kepunahan.
Tanjung Puting tidak hanya merupakan tempat tinggal bagi Orangutan, tapi juga menawarkan sejuta pesona keragaman flora dan fauna endemik. Jika sudah berencana akan wisata ke Tanjung Puting. Pengalaman saya serta tips berikut ini, mungkin bisa dijadikan referensi bagaimana pesona Tanjung Puting dan nyaman selama berwisata 😊
KAPAL PESIAR BERNAMA KLOTOK
Penerbangan dari Jakarta sekitar 1 jam 30 membawa saya mendarat di Bandara Pangkalan Bun pukul 10.00 WITA Hanya dua airlines yang melayani rute penerbangan dari Pulau Jawa ke Pangkalan Bun, yaitu Kalstar dan Trigana Air. Dari Pangkalan Bun lanjut menuju Pelabuhan Kumai dengan menempuh waktu berkendara sekitar 30 menit.
Saya mengambil paket 3 hari 2 malam menginap di atas kapal. Biaya paket untuk 3 hari 2 malam yang disediakan para penyedia tour berkisar antara Rp 1,8-2,5 juta per orang. Kapal “pesiar” traditional ini adalah Klotok. Kapal yang terbuat dari kayu ulin memiliki panjang rata-rata 15 meter dengan dua dek yang difasilitasi layaknya sebuat tempat inap. Bagian dek atas khusus untuk tamu. Tersedia meja-kursi makan, dan sebagian digunakan lesehan yang dapat disulap menjadi tempat tidur berkelambu kala malam hari. Untuk tidur, digelar kasur yang dapat digunakan 1-2 orang. Kelambu di pasang membentuk kotak di tiap kasur. Bantal dan selimut juga disediakan. Balkon terbuka untuk duduk santai sambil menikmati pemandangan.
Dek bawah khusus untuk ruang kemudi, dapur, serta crew termasuk juru masak. Terdapat dua kamar mandi shower dengan closet duduk. Kapal maksimal layani 6-7 tamu, didampingi empat crew kapal dan tiga juru masak. Makanan yang tersaji juga beragam mulai dari sajian seafood, tradisional juga western, termasuk pelengkap seperti buah, soft drink dan camilan. Juru masak sudah handal dalam layani tamu domestik dan mancanegara.
SUNGAI SEKONYER
Usai makan siang, kapal mulai bergerak membelah perairan Kumai berbelok menuju Sungai Sekonyer. Sungai ini menjadi jalur utama hilir mudik kapal ke Tanjung Puting. Semakin masuk ke belantara, semakin tenggelam suara mesin. Berganti dengan suara rimba dari balik sungai Sekonyer.
Sungai Sekonyer bak surga amazon, hanya pemandangan hijau terhampar memadu perjalanan. Vegetasi pepohonan yang tinggi menjulang. Deretan pohon nipah yang tumbuh subur dipinggir sungai. Laju klotok yang lambat tak menggoyahkan ketenangan sungai Sekonyer. Menciptakan cermin bagi dedaunan disekelilingnya. Kicauan burung liar yang merdu. Elang yang terbang di langit biru. Burung enggang yang terbang dengan pongahnya di atas kapal. Primata yang saling bersahutan di kanan-kiri sungai. Bius sungai Sekonyer membuat siapa saja menjadi terhanyut dalam keheningan.
Sore hari tak kalah menawan. Semburat orange senja terukir di langit. Sekawanan bekantan yang masih bergelantungan di atas pohon. Menyaksikan matahari tenggelam di sela aliran sungai. Berganti malam, yang diterangi bulan, dihiasi bintang juga si serangga cahaya. Bahkan, jika posisi tidur pas menghadap keluar depan kapal, sangat indah memandang bulan yang bulat memancar di gelapnya malam.
TANJUNG HARAPAN
Tanpa terasa 1,5 jam klotok melaju ke camp pertama yaitu Tanjung Harapan. Tanjung Harapan menjadi pos pertama dalam proses rehabilitasi Orangutan yang dilengkapi dengan klinik untuk merawat Orangutan yang masih kecil sebelum di lepas ke alam bebas.
Bersama pemandu trekking menyusuri jalan setapa di hutan yang lembab menuju feeding ground, area pemberian makan Orangutan. Rata-rata butuh waktu sekitar 30-50 menit berjalan kaki menuju feeding ground di tiap-tiap camp. Awal yang baik, di tengah perjalanan, menjumpai seekor Orangutan jantan yang sedang duduk sendirian di bawah pohon. Memang, Orangutan jantan yang cukup dewasa dan memiliki bantalan pipi besar akan menghabiskan lebih dari 90% waktunya dengan menyendiri.
Puas mengambil foto si Orangutan jantan, lanjut kembali ke feeding ground. Atraksi pemberian makan dimulai pukul 14.00 WITA. Tampak turis asing sudah lebih dulu menanti dibukanya atraksi ini. Jarak antara Orangutan makan dengan pengunjung hanya diberi pagar tali sebagai pembatas. Terdapat panggung kayu sebagai tempat makan Orangutan, dan bangku panjang dari lempengan kayu yang disediakan untuk pengunjung. Staf lapangan sibuk membawa dan mengatur makan yang berupa pisang, rambutan untuk diletakkan di atas panggung berikut air susu dalam baskom.
Selesai mengatur pakan, staf lapangan akan memanggil dengan menirukan suara Orangutan. Kemiripan 97% DNA Orangutan dengan manusia, menjadikan satwa ini mudah beradaptasi dengan manusia. Tak lama, mulai terlihat beberapa Orangutan bergelayutan berpindah pohon menuju panggung makan. Melihat tingkah polah Orangutan di habitat aslinya, memang menjadi hiburan yang dapat mengendurkan syaraf.
Apalagi saat Orangutan duduk manis menikmati pisang kegemaraanya diatas panggung. Terkadang kita bisa membaca bahasa tubuh Orangutan. Seperti yang saya lihat, seekor anak Orangutan yang merangkul induknya, kemudian menyuapi pisang ke mulut induknya. Semua momen yang terjadi di panggung, tidak pernah lepas dari jepretan kamera para pengunjung, hingga satu persatu Orangutan pergi berlalu kembali ke dalam hutan.
Jika Orangutan yang datang ke feeding ground hanya sedikit, berarti ketersediaan makanan didalam hutan masih tercukupi. Saat musim buah, kadang pengunjung kurang beruntung bisa menyaksikan atraksi, karena tidak ada Orangutan yang datang.
PONDOK TANGGUI
Setelah bermalam di Tanjung Harapan, klotok melanjutkan menuju camp kedua yaitu Pondok Tanggui. Camp ini merupakan tempat rehabilitasi Orangutan remaja dan semi liar. Dimana Orangutan tetap diamati secara tertutup dan dihindari kontak dengan manusia. Camp ini adalah favorit saya, disini banyak ditemukan flora endemik seperti tumbuhan pemakan serangga, kantung semar yang tumbuh mengulur subur di tanah, ada juga lumut daun, ulin, pakis, tanaman buah, serta tanaman bunga. Selain itu, dapat dijumpai semut hitam Borneo yang konon memiliki khasiat untuk pria.
Sekitar area camp, terdapat rumah-rumah panggung yang difungsikan sebagai tempat inap staf juga pusat informasi. Disini juga menjual kerajinan berupa gelang beruta seharga Rp 15-25 ribu rupiah dengan motif warna coklat kehitaman, khas Kalimantan.
Saya coba memperhatikan papan kunjungan yang ada di camp ini, jumlah kunjungan turis asing lebih tinggi 2x lipat dari jumlah turis lokal di tiap bulannya. Orangutan adalah satwa endemik asli Indonesia yang hanya hidup di Kalimantan (Borneo) dan Sumatera. Merupakan salah satu kera besar yang ada di Asia. Perannya penting sebagai spesies payung yaitu penanda keberadaan habitat di hutan masih lengkap atau tidak. Adalah tanggung jawab kita sebagai pemilik satwa ini untuk semakin peduli dan menggiatkan kunjungan turis domestik.
Atraksi pagi hari biasa dimulai jam 09.00 WITA. Tampilan feeding ground di semua camp tidak jauh berbeda, panggung makan dan bangku panjang pengunjung. Hari itu, staf lapangan tidak perlu memanggil Orangutan sebagaimana biasanya. Dua Orangutan sudah terlihat bergelayutan mengayunkan badan berpindah dari pohon satu ke pohon lainnya hingga mencapai panggung.
Kedatangan pemain baru, si tupai hitam turut menyemarakkan acara. Lucu melihat tingkah laku para satwa ini, seperti si tupai yang berulang kali naik turun pohon berusaha mencuri kesempatan untuk mengambil makanan saat Orangutan lengah. Ditambah, pengunjung dikejutkan dengan hadirnya Orangutan tengah berjalan santai membelah barisan pengunjung menuju panggung. Sontak, ini mengundang riuh diantara pengunjung.
Wah seru bgt perjalanannya memberi makan orangutan di habitatnya.. Menunggu part 2 nya
ReplyDeletemasya allah kalo membaca ulasan seperti ini kayak indoensia ini kayak banget lhoo dan layak jika jadi surganya dunia dengan sgala kekayaan alamny ya . akumenikmati mbak pengalmanmbak menjelajah tanjung puting
ReplyDeleteSeru sekali wisata ke tempat alami yang menawarkan fenomena fauna dan flora seperti ini. Jadi tidak melulu pantai dan kemegahan.
ReplyDeleteWisata di kalimantan alami bngt ya mba rada2 bkin uji nyali juga lihat sungai sama hutan yang aku bayangin kalo malam gelap bngt ya tapi seru sih lihatnya apalagi lihat atraksi orang utan mau juga travelling ksana
ReplyDeleteSeru banget kayaknya menjelajah alamnya Kalimantan. Naik klotok kek merasa melintas sungai amazon nggak sih, Kak. Aku pernah tinggal di Kalimantan juga sih. Dan emang orang utan kadang kala menampakkan diri di permukiman. Mungkin karena habitatnya udah banyak yang tergusur juga kan ya
ReplyDeleteBeruntung banget bisa punya kesempatan melakukan perjalanan wisata yang bagi orang lain "tidak umum" yah, kak. Dari awal sepertinya sudah seru banget, mulai naik kapal klotok sampai ketemu bahkan memberi makan Orangutan, keren!
ReplyDeleteBeberapa hari lalu lihat di TikTok ada pengunjung kebun binatang yang ditarik orangutan karena dia berdiri sangat dekat dengan kandang. Setelah kejadian itu saya baru tau kalau orangutan juga sebenarnya binatang buas. Walaupun mereka suka menyendiri seperti orangutan jantan, tapi bisa saja menyerang manusia dan kekuatan mereka juga tidak bisa dianggap remeh.
ReplyDeleteMenarik kak, kisah kunjungan ke Taman Nasional Tanjung Puting.
Menarik nih mba, bisa nginep di atas kapal. Aku belum pernah, bisa jadi pengalaman baru qtime bareng keluarga nih. Apalagi anakku juga suka banget sama binatang & alam.
ReplyDeleteWahh mantep banget, travelling 3 hari 2 malam di kapal Klotok menyusuri hutan Amazon Kalimantan?
ReplyDeleteKebayang serunya kek gimana nih. Btw mbak sendirian kah?
Ditunggu cerita selanjutnya, ya mbak.
Boleh diceritakan keseruan di atas kapal kah mbak?
Terima kasih
Orang utan nya jangan dibawa pulang kak, nanti yang datang ke sana bingung kok Ndak ada hehe.
ReplyDeleteSeru juga perjalanan liburannya kak, semoga bisa ke sana lagi ya
Asiknya berkelana menjelajahi hutam di Kalimantan ini ya Mbak. Seperti melihat keindahan alam yg menyegarkan, hehe kebayang sih enaknya pergi jelajah begini
ReplyDeletepetualangan yang luar biasa banget, menjelajahi hutan di Kalimantan apalagi niatnya bertemu orangutan wah pasti pengalaman yang tidak terlupakan
ReplyDeletewah baca ini jadi pengen juga mengunjungi tanjung puting ini secara masih 1 pulau. btw, pas baca tulisan ini aku langsung ingat sama novel dewi lestari yang judulnya gelombang kalau nggak salah karena tokohnya tinggal di tanjung puting
ReplyDeleteSeru banget ya berwisata melihat alam
ReplyDelete