Traveling ke Berlin sebenarnya di luar dari rencana dan ngga ada di itinerary yang saya buat. Apalagi buat solo traveling seperti saya, harus bisa atur waktu, tempat dan budget sehemat mungkin. Tapi kemudian tawaran datang dari host-ku yang mengajak jalan-jalan ke Berlin sehari semalam dan menginap di rumah kerabatnya yang ada di Berlin. Awalnya sempat ragu juga, khawatir ngga cukup waktu sebab masih ada jadwal untuk mengunjungi kawan yang ada di kota lain di Jerman. Tapi, saya pikir kapan lagi kesempatan ini, plus Berlin itu tempat yang sarat akan histori Jerman yang fenomenal. Jadi, saya putuskan untuk berangkat ke Berlin, menginap semalam, kemudian kembali lagi ke Langenfeld. Oya, host-ku ini namanya Abang Stephan 👱, londo tulen seko Jerman, wonge apik tenan 👍. Beliau seorang traveler sejati, kawan saya sewaktu mendaki di Gunung Rinjani dan pernah jadi volunteer buat native speaker di salah satu lembaga pendidikan untuk sekolah ke Jerman.
Kami berkendara ke Berlin menggunakan mobil host-ku, memakan waktu sekitar 6 jam. Berangkat pagi hari, sampai di rumah kerabat host-ku kira-kira jam 12 siang. Tiba dirumah, kami sudah di sambut oleh paman dan bibi Stephan. So far, mereka kelihatan sangat baik dan ramah. Menyapa, meski dengan bahasa Inggris yang sedikit-sedikit. I am little bit nervous, sebab ngga bisa bahasa Jerman, dan bingung juga mau ngomong apa, soale kami dadakan datangnya 😬, dan host-ku sedang bicara dengan bibinya pakai bahasa Jerman. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi nyebut "muslim and chicken", so I guess lagi gosipin makanan yang bisa ku makan. 🤗.
I am so grateful Stephan as my host-ku, sebab dia sudah beberapa kali traveling ke Indonesia dan mengenal betul kehidupan orang muslim. Jadi, dia bisa mengkomunikasikan dengan baik ke bibinya dalam hal makanan.
Saya sempatkan berbincang sejenak dengan pamannya Stephan. Pria paruh baya, berjenggot putih, mengenakan setelan kemeja putih pendek dengan kancing atas yang terbuka hampir setengah dada, serta celana pendek diatas paha. Beliau bisa berbahasa Inggris sedikit-sedikit, mengajak saya berkeliling rumah sambil cerita pengalamannya traveling ke Indonesia dan ngga nyangka juga kalau beliau pernah mengidolakan Presiden Soekarno.
Rumah paman Stephan memiliki halaman yang cukup luas, ada kolam renang sendiri, kebun kecil yang ditanami sayur-sayuran dan memiliki beberapa peliharaan kura-kura serta kelinci. Beliau punya dua anak, laki-laki dan perempuan. Saya lupa nama anak perempuannya, kalau yang laki namanya Stephan juga, cuma lebih macho ya bo 🤭.
Sebelum kami pergi jalan-jalan ke pusat wisata, kami sempatkan makan siang dahulu. Bibi Stephan sudah menyiapkan makan siang berupa olahan daging ayam berkuah kental dan nasi, yeaay bisa ketemu nasi lagi🙆. Soalnya kalau disuruh makan roti lagi, hadeuuh angkat tangan deh!. Seperti biasa, kami makan di halaman rumah. Sudah menjelang musim panas, jadi orang-orang lebih suka makan di luar ruangan sembari menikmati hangat matahari, padahal lumayan terik dan berangin.
Meski hanya tinggal semalam bersama keluarga paman Stephan, namun memberikan pengalaman dan kesan tersendiri. Tidak hanya sweet, tapi sad dan bikin suprise juga. Begini nih ceritanya :)
Fall in love with the Frischkäse Rolle 🧀
Saya sebenarnya bukan penyuka keju, tapi untuk yang satu ini bikin saya jatuh hati. Pagi hari, seperti biasa sarapan ala western, ada roti-rotian, berikut dengan ham, selai dan keju, plus potongan buah-buah segar. Jujur, dalam hati agak mau nangis ya ketemu roti lagi, roti lagi, bukannya ga suka ya beb. Roti dimari itu rasanya hambar, agak keras, dan cepet seret. Kalau di Indo, kebanyakan roti rasanya manis, kayak roti tawar tanpa kasih selai atau susu, tetep enak dimakan. Kalau dimari beda 🤦🏻♀️, makanya mereka senang makan pakai ham, keju asin.
Tetiba pandangan saya serasa ada harapan baru, waktu bibinya Stephan meletakkan piring kecil berisi potongan seperti roll cake. Seneng dong ya! Pikir saya, kalau ngga mau makan roti, paling ga bisa makan nih kue, apalagi bentuknya menggoda, kuning soft kayaknya bolu gulung gitu 🤗. Host saya bertanya, Which one you want, Nuny”, Ya, spontan saya jawab, saya mau makan yang ini, sambil nunjuk itu si roll cake. Tertawalah mereka semua, dan host-ku bilang “Nuny, this is not cake, its cheese”. Saya kaget Whhaaaat 😱, kok kok kok bisa!, And don't say I have to eat this with the bread again 🤦🏻♀️.
Akhirnya saya ambil satu lembar roti gandum, saya oleskan keju ini, emang sih sewaktu dioleskan, lembutnya sudah kelihatan. Kemudian saya landingkan tuh di mulut. Alaamak, enak bingits 😋!. Kejunya lembut dan melting di mulut. Rasanya unik, ada asinnya tapi ada rasa lain yang berpadu di keju ini. Karena saya sudah tidak selera dengan menu perotian, akhirnya saya minta ke bibi Stephan untuk membolehkan saya hanya makan keju ini semuanya 🤭. Jujur, ini enak banget walaupun cuman di gado gitu aja, tanpa pakai roti.
Stephan bilang nama keju ini adalah Frischkäse Rolle, hmm cantik ya namanya 😁. Frischkäse Rolle sejenis cream cheese roll yang dibuat dengan bahan campuran dari herbs dan fruit, umumnya dikonsumsi oleh vegetarian. Yang saya makan ini varian rasa pesto almond, varian lainnya juga ada seperti red pepper chili, pineapple almond, dan mango chili. Sewaktu kembali lagi ke Cologne, saya coba mencari keju ini di supermarket, tapi sayangnya ngga ketemu, bahkan di kota lain yang sempat saya singgahi juga. Setelah saya tanya ke host-ku, ia mengatakan kalau keju ini ngga selalu ada di tiap kota. Hmm, sedih euy, padahal pengin beli dan bisa bawa pulang ke Indonesia. I am gonna missed this cheese
Fail to drink German coffee ☕
Sebagai pecinta kopi hitam, saya sudah penasaran sekali ingin mencicipi kopinya orang Jerman. Momennya pas banget lagi sarapan pagi, terus minumnya secangkir kopi hitam hangat, udah ngebayangin nikmatnya.Host-ku bertanya mau minum apa, ya minum kopi lah, hehe🤗. Ngga lama kemudian, host-ku membawakan segelas kopi hitam. Kopinya masih panas, tapi tidak beraroma, dan warna hitamnya kelam. Hmm, it's too much actually, Saya kira akan disediakan di cangkir, bukan di gelas mug medium.
So, I drink it ya. Tekstur rasanya pahit dan kental, entah berapa sendok yang dimasukkan 🤦🏻♀️, pas disediain kopinya memang belum di beri gula. Jadi, biar ada rasa-rasa sedikit manis, saya minta gula. Host-ku memberikan dua stik sachet gula putih. Hehe, kalau di kita, minta gula diambilkan sekalian sama toplesnya 😁.
Lanjut, saya tuang dua stick gulanya, sudah di aduk, eh pas dicicip kok ngga berubah rasanya, masih aja pahit. Analisa pertama, kopinya emang kebanyakan, analisa kedua gulanya kedikitan 😒. Akhirnya, saya tanya ke host-ku, punya susu cair ngga. Dan dibawakan lah susu cair kotak ukuran 1 liter. Kebayang dong ya, susu + kopi = cappucino 😋.
Oya, host-ku ini namanya Abang Stephan 👱, londo tulen seko Jerman, wonge apik tenan 👍. Beliau seorang traveler sejati, kawan saya sewaktu mendaki di Gunung Rinjani dan pernah jadi volunteer buat native speaker di salah satu lembaga pendidikan untuk sekolah ke Jerman.
Kami berkendara ke Berlin menggunakan mobil host-ku, memakan waktu sekitar 6 jam. Berangkat pagi hari, sampai di rumah kerabat host-ku kira-kira jam 12 siang. Tiba dirumah, kami sudah di sambut oleh paman dan bibi Stephan. So far, mereka kelihatan sangat baik dan ramah. Menyapa, meski dengan bahasa Inggris yang sedikit-sedikit. I am little bit nervous, sebab ngga bisa bahasa Jerman, dan bingung juga mau ngomong apa, soale kami dadakan datangnya 😬, dan host-ku sedang bicara dengan bibinya pakai bahasa Jerman. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi nyebut "muslim and chicken", so I guess lagi gosipin makanan yang bisa ku makan. 🤗.
I am so grateful Stephan as my host-ku, sebab dia sudah beberapa kali traveling ke Indonesia dan mengenal betul kehidupan orang muslim. Jadi, dia bisa mengkomunikasikan dengan baik ke bibinya dalam hal makanan.
Saya sempatkan berbincang sejenak dengan pamannya Stephan. Pria paruh baya, berjenggot putih, mengenakan setelan kemeja putih pendek dengan kancing atas yang terbuka hampir setengah dada, serta celana pendek diatas paha. Beliau bisa berbahasa Inggris sedikit-sedikit, mengajak saya berkeliling rumah sambil cerita pengalamannya traveling ke Indonesia dan ngga nyangka juga kalau beliau pernah mengidolakan Presiden Soekarno.
Rumah paman Stephan memiliki halaman yang cukup luas, ada kolam renang sendiri, kebun kecil yang ditanami sayur-sayuran dan memiliki beberapa peliharaan kura-kura serta kelinci. Beliau punya dua anak, laki-laki dan perempuan. Saya lupa nama anak perempuannya, kalau yang laki namanya Stephan juga, cuma lebih macho ya bo 🤭.
Sebelum kami pergi jalan-jalan ke pusat wisata, kami sempatkan makan siang dahulu. Bibi Stephan sudah menyiapkan makan siang berupa olahan daging ayam berkuah kental dan nasi, yeaay bisa ketemu nasi lagi🙆. Soalnya kalau disuruh makan roti lagi, hadeuuh angkat tangan deh!. Seperti biasa, kami makan di halaman rumah. Sudah menjelang musim panas, jadi orang-orang lebih suka makan di luar ruangan sembari menikmati hangat matahari, padahal lumayan terik dan berangin.
Meski hanya tinggal semalam bersama keluarga paman Stephan, namun memberikan pengalaman dan kesan tersendiri. Tidak hanya sweet, tapi sad dan bikin suprise juga. Begini nih ceritanya :)
Fall in love with the Frischkäse Rolle 🧀
Jujur, dalam hati agak mau nangis ya ketemu roti lagi, roti lagi, bukannya ga suka ya beb. Roti dimari itu rasanya hambar, agak keras, dan cepet seret. Kalau di Indo, kebanyakan roti rasanya manis, kayak roti tawar tanpa kasih selai atau susu, tetep enak dimakan. Kalau dimari beda 🤦🏻♀️, makanya mereka senang makan pakai ham, keju asin.
Host saya bertanya, Which one you want, Nuny”, Ya, spontan saya jawab, saya mau makan yang ini, sambil nunjuk itu si roll cake. Tertawalah mereka semua, dan host-ku bilang “Nuny, this is not cake, its cheese”. Saya kaget Whhaaaat 😱, kok kok kok bisa!, And don't say I have to eat this with the bread again 🤦🏻♀️.
Akhirnya saya ambil satu lembar roti gandum, saya oleskan keju ini, emang sih sewaktu dioleskan, lembutnya sudah kelihatan. Kemudian saya landingkan tuh di mulut. Alaamak, enak bingits 😋!. Kejunya lembut dan melting di mulut. Rasanya unik, ada asinnya tapi ada rasa lain yang berpadu di keju ini. Karena saya sudah tidak selera dengan menu perotian, akhirnya saya minta ke bibi Stephan untuk membolehkan saya hanya makan keju ini semuanya 🤭. Jujur, ini enak banget walaupun cuman di gado gitu aja, tanpa pakai roti.
Sewaktu kembali lagi ke Cologne, saya coba mencari keju ini di supermarket, tapi sayangnya ngga ketemu, bahkan di kota lain yang sempat saya singgahi juga. Setelah saya tanya ke host-ku, ia mengatakan kalau keju ini ngga selalu ada di tiap kota. Hmm, sedih euy, padahal pengin beli dan bisa bawa pulang ke Indonesia. I am gonna missed this cheese
Fail to drink German coffee ☕
Host-ku bertanya mau minum apa, ya minum kopi lah, hehe🤗. Ngga lama kemudian, host-ku membawakan segelas kopi hitam. Kopinya masih panas, tapi tidak beraroma, dan warna hitamnya kelam. Hmm, it's too much actually, Saya kira akan disediakan di cangkir, bukan di gelas mug medium.
So, I drink it ya. Tekstur rasanya pahit dan kental, entah berapa sendok yang dimasukkan 🤦🏻♀️, pas disediain kopinya memang belum di beri gula. Jadi, biar ada rasa-rasa sedikit manis, saya minta gula. Host-ku memberikan dua stik sachet gula putih. Hehe, kalau di kita, minta gula diambilkan sekalian sama toplesnya 😁.
Lanjut, saya tuang dua stick gulanya, sudah di aduk, eh pas dicicip kok ngga berubah rasanya, masih aja pahit. Analisa pertama, kopinya emang kebanyakan, analisa kedua gulanya kedikitan 😒. Akhirnya, saya tanya ke host-ku, punya susu cair ngga. Dan dibawakan lah susu cair kotak ukuran 1 liter. Kebayang dong ya, susu + kopi = cappucino 😋.
>>Baca yuk: 10 Things To Do in Berlin Part 1 (Jelajah 1 Hari)
Saya tuang lah susu ke dalam kopi, laaa tapi kok rasanya sama aja, malah jadi hambar. Ealaa pas di lihat ternyata, susu yang dikasih rasa plain🤦🏻♀️, Yo pantes aja rasanya buyaar, datar - nda ada rasa pahit apalagi semu-semu manise. Disitu hati rasane sedih tenan, eh di tambah ketetesan air dari atap, pas amat nyemplung di kopi 😭, untung ga dilihat sama tuan rumah. Ambyar, gagal nda jadi minum kopi Jerman.
Kalau menurut pengakuan beberapa teman yang dari Jerman, tipikal kopinya memang begitu, ga gampang manis kalau di beri gula, dan kebiasaan orang Jerman kalau minum kopi tanpa gula, begitupun dengan teh, varian rasanya beragam dengan tekstur rasa yang unik dan kalaupun diseduh dengan air hangat tanpa gula, tetap terasa nikmat.
One Night Stand with Jack Daniel’s 🛌
Aku cuma bisa bilang, "Oh Allah please forgive me" 🤲. Sekali seumur hidup tidur dikelilingi koleksi minuman keras, Jack Daniels. Berhubung salah satu kamar di rumah paman Stephan sedang direnovasi, bibi Stephan menawarkan saya untuk tidur di ruangan yang ada di lantai underground. Memang kalau yang dari saya perhatikan, rumah-rumah pribadi disini memiliki ruang underground yang biasanya di gunakan sebagai ruang penyimpanan.
Ruang bawah ini terletak dekat dengan halaman rumah. Mungkin karena masih sore hari, hawanya tidak terlalu lembab di ruang bawah tanah, karena masih ada sirkulasi udara dari jendela kamar mandi dan pintu masuk tangga yang menghadap ke halaman. Bibi Stephan mengatakan kalau ruang ini sebenarnya bukan diperuntukkan untuk ruang tidur, tetapi semacam ruang santai dan penyimpanan ada dua kamar di dalamnya dan tersedia kasur tanpa tempat tidur. Bagi saya sih tidak apa, lagian hanya untuk tinggal semalam saja.
Pas di buka pintu kamar, taaaraaa surprise 😬, ternyata oh ternyata ini semacam ruangan koleksi. Entah, sepertinya paman Stephan merupakan seorang kolektor. Karena disini saya melihat banyak koleksi minuman berakohol bermerk Jack Daniels, koleksi whisky dan wine dengan berbagai ukuran botol. Kemudian gelas-gelas sloki. Ada juga koleksi majalah tahun 60'-90'an, berikut juga kaset-kaset lawas dan piringan hitam. Belum lagi di sekeliling dinding banyak tempelan poster gambar Marlyn Monroe dan karakter kartun animasi Betty Boo. Ada meja dan kursi bar, dan kasur berukuran besar di bagian tengah ruang. Meski ngga biasa lihat ini sebelumnya, tapi menarik juga kalau diperhatikan setiap koleksi disini. Yup, Saya akan menghabiskan malam ditemani Jack Daniels 😬.
Semakin malam, semakin terasa dingin di dalam kamar. Hawa dingin yang masuk dari celah bawah pintu, dan lembab dari dalam kamar. Saya sampai menggigil kedinginan, padahal sudah pakai selimut. Dari dalam kamar, sayup-sayup saya masih mendengar host-ku lagi ngobrol dengan sepupunya di halaman. Bolak balik, orang mengambil botol-botol minuman yang ada di dekat pintu masuk. Malam itu, berharap cepat segera pagi, karena saya nda bisa tidur semaleman 😣.
To my host, thanks a lot for wonderful journey and it was great pleasure to meet your family in Berlin :).. Till we meet again
Saya tuang lah susu ke dalam kopi, laaa tapi kok rasanya sama aja, malah jadi hambar. Ealaa pas di lihat ternyata, susu yang dikasih rasa plain🤦🏻♀️, Yo pantes aja rasanya buyaar, datar - nda ada rasa pahit apalagi semu-semu manise. Disitu hati rasane sedih tenan, eh di tambah ketetesan air dari atap, pas amat nyemplung di kopi 😭, untung ga dilihat sama tuan rumah. Ambyar, gagal nda jadi minum kopi Jerman.
Kalau menurut pengakuan beberapa teman yang dari Jerman, tipikal kopinya memang begitu, ga gampang manis kalau di beri gula, dan kebiasaan orang Jerman kalau minum kopi tanpa gula, begitupun dengan teh, varian rasanya beragam dengan tekstur rasa yang unik dan kalaupun diseduh dengan air hangat tanpa gula, tetap terasa nikmat.
One Night Stand with Jack Daniel’s 🛌
Berhubung salah satu kamar di rumah paman Stephan sedang direnovasi, bibi Stephan menawarkan saya untuk tidur di ruangan yang ada di lantai underground. Memang kalau yang dari saya perhatikan, rumah-rumah pribadi disini memiliki ruang underground yang biasanya di gunakan sebagai ruang penyimpanan.
Ruang bawah ini terletak dekat dengan halaman rumah. Mungkin karena masih sore hari, hawanya tidak terlalu lembab di ruang bawah tanah, karena masih ada sirkulasi udara dari jendela kamar mandi dan pintu masuk tangga yang menghadap ke halaman. Bibi Stephan mengatakan kalau ruang ini sebenarnya bukan diperuntukkan untuk ruang tidur, tetapi semacam ruang santai dan penyimpanan ada dua kamar di dalamnya dan tersedia kasur tanpa tempat tidur. Bagi saya sih tidak apa, lagian hanya untuk tinggal semalam saja.
Pas di buka pintu kamar, taaaraaa surprise 😬, ternyata oh ternyata ini semacam ruangan koleksi. Entah, sepertinya paman Stephan merupakan seorang kolektor. Karena disini saya melihat banyak koleksi minuman berakohol bermerk Jack Daniels, koleksi whisky dan wine dengan berbagai ukuran botol. Kemudian gelas-gelas sloki. Ada juga koleksi majalah tahun 60'-90'an, berikut juga kaset-kaset lawas dan piringan hitam. Belum lagi di sekeliling dinding banyak tempelan poster gambar Marlyn Monroe dan karakter kartun animasi Betty Boo. Ada meja dan kursi bar, dan kasur berukuran besar di bagian tengah ruang. Meski ngga biasa lihat ini sebelumnya, tapi menarik juga kalau diperhatikan setiap koleksi disini. Yup, Saya akan menghabiskan malam ditemani Jack Daniels 😬.
Semakin malam, semakin terasa dingin di dalam kamar. Hawa dingin yang masuk dari celah bawah pintu, dan lembab dari dalam kamar. Saya sampai menggigil kedinginan, padahal sudah pakai selimut. Dari dalam kamar, sayup-sayup saya masih mendengar host-ku lagi ngobrol dengan sepupunya di halaman. Bolak balik, orang mengambil botol-botol minuman yang ada di dekat pintu masuk. Malam itu, berharap cepat segera pagi, karena saya nda bisa tidur semaleman 😣.
To my host, thanks a lot for wonderful journey and it was great pleasure to meet your family in Berlin :).. Till we meet again
Comments
Post a Comment