Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan kesempatan berlibur gratis dari tempat saya berkerja. Liburan selama dua hari di Pulau Tidung - Kepulaun Seribu :) Menarik bukan!. Meskipun Pulau Tidung sudah cukup di kenal sebagai pulau wisata di antara gugusan pulau di Kepulauan Seribu, tapi para peminat pulau kecil ini semakin terus meningkat. Ditambah lagi banyaknya agen paket perjalanan ke Pulau Tidung yang relatif murah dengan kisaran harga Rp 260.000,- untuk dua hari satu malam. Jadi tidak heran, banyak sekali para backpacker yang datang berkunjung ke tempat ini, untuk menikmati indahnya Pulau Tidung.
Untuk diketahui, ternyata nama Pulau Tidung memilik asal muasal lho :). Pulau ini sudah didiami penduduk sejak zaman penjajah Belanda. Dalam buku Sejarah Djakarta, disebutkan bahwa ketika Fatahillah menyerbu Malaka, beliau dan pasukannya memanfaatkan pulau-pulau yang ada di Teluk Jakarta sebagai tempat mengatur strategi. Dan salah satu pulau itu diberi nama Pulau Tidung, artinya pulau tempat berlindung. Hmmmm, kenapa namanya bukan Pulau Lindung aja ya :-D. Pulau Tidung adalah pusat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, dan mayoritas mata penghasilan penduduknya adalah nelayan.
Balik lagi ke cerita saya :). Kami memulai perjalanan dari kantor yang berlokasi di sekitar Jln Gatot Subroto, dengan menggunakan mini bus berangkat jam 5.30 pagi hari menuju Muara Angke. Dengan harapan kami bisa mendapatkan kapal pertama yang menuju Pulau Tidung, karena untuk kapal berikutnya baru akan jalan siang hari.
Balik lagi ke cerita saya :). Kami memulai perjalanan dari kantor yang berlokasi di sekitar Jln Gatot Subroto, dengan menggunakan mini bus berangkat jam 5.30 pagi hari menuju Muara Angke. Dengan harapan kami bisa mendapatkan kapal pertama yang menuju Pulau Tidung, karena untuk kapal berikutnya baru akan jalan siang hari.
Perjalanan ke Muara Angke memakan waktu sekitar satu jam. Alhamdulillah, kami tiba tepat waktu sebelum keberangkatan kapal sekitar jam 6.30 Sabtu pagi. Meskipun, kapal yang kami tumpangi sudah penuh, tapi alhamdulillah masih ada sela untuk bisa duduk. Saya dan teman-teman berada di dek bawah. Sepertinya seluruh penumpang dikapal ini adalah para wisatawan dari agen travel ataupun para backpakcer. Sempet juga saya ngobrol dengan bapak-bapak yang juga ingin berlibur ke Pulau Tidung (saya lupa ngga nanya namanya), bapak ini bercerita bahwa dia berserta rombongan berasal dari Bandung,dan berangkat dari Bandung jam 2 malam. Wooww, nggak kebayang maboknya di perjalanan selama itu, mantap deh :-D, demi Tidung..
Lamanya perjalanan di laut sekitar 2,5 jam, jadi bila yang tidak kuat dengan ayunan air laut, bisa pusing dan mabok laut. Tapi tenang saja, kalau mabok langsung aja muntah di atas laut, beres deh :). Ada cara simple yang bisa dilakukan untuk menghindari pusing atau mabok laut. Pertama, minum obat anti mabok seperti antimo, yang kedua dibawa tidur aja,biasanya ini akan menghilangkan rasa pusing dan mual ;)
Akhirnya,tiba juga di Pulau Tidung sekitar pukul 9.30 masih pagi :). Kelihatan sekali banyaknya para wisatawan yang datang di hari libur Sabtu & Minggu. Kedatangan kami langsung disambut oleh 2 orang guide anak muda asli penduduk Tidung. Kalau dilihat dari perawakannya mungkin usia mereka masih sekitar 18-20 tahun. Perawakan kurus,dan warna kulit khas anak pantai. Kami segera menuju ke penginapan yang letaknya cukup jauh dari dermaga. Jalannya berliku,banyak sekali belokan, belum lagi lalu lalang orang bersepeda, jadi harus lebih hati-hati. Kalau diperhatikan, rumah-rumah warga kebanyakan tidak ada yang kelihatan mencolok. Bangunannya sangat biasa sekali,dengan ukuran rumah yang kebanyakan tidak bertingkat, cat sudah agak memudar. Beberapa rumah warga membuka warung kecil-kecilan, dan penduduk disini memang bermata penghasilan sebagai nelayan, selain mereka juga menjadikan rumah tinggal mereka untuk disewakan kepada para wisawatan. Dan obyek wisata disini, memang mengangkat segi perekonomian warga setempat. Jalan umum juga hanya cukup untuk satu mobil, jadi kebanyakan warga disini menggunakan motor atau sepeda sebagai alat transportasi.
Homestay yang saya tempati,cukup lumayan dan lebar :). Ada 3 ruang, yang 2 adalah ruang tidur. Lengkap dengan TV, kulkas, dispenser, kursi tamu, ac diruang tamu, dan kipas angin di setiap ruang tidur, 2 kamar mandi Diruang tamu,karena space-nya disediakan pula 3 buah kasur alas tidur berikut dengan bantal dan guling :-D. Setengah jam bersiap-siap untuk kemudian makan siang dan dilanjutkan snorkeling.
Menu makan siang kami sangat sederhana. Ikan bawal pesmol, tahu goreng, kerupuk, sayur sop yang lebih banyak kuahnya daripada sayurannya :-),pisang dan aqua. Soal rasa, jangan ditanya..dibilang pas di mulut ga juga,dibilang kurang bumbu, sepertinya begitu! Mungkin karena letak pasar yang jauh dari pulau, jadi bumbunya juga terbatas dan rasa makanannya juga datar, anyep :), yah lumayan deh...
Selesai makan siang, kami melanjutkan untuk snorkeling. Huffff,siang-siang bolong pergi ke tengah laut. Sebenarnya saya tertarik untuk berkeliling sepeda, baru esok paginya snorkeling. Tapi karena sudah ditentukan dari travelnya, kami snorkeling dulu baru bersepeda. Kumpul di basecamp travel-nya, briefing sebentar untuk perkenalan alat dan cara memakainya. Siap deh meluncur ke Pulau Payung untuk snorkeling.
Perahu yang digunakan seperti perahu sampan,yang alat kemudinya masih tradisional,sebuah besi panjang yang terhubung dengan mesin perahu. Perjalanan kami ke Pulau Payung sekitar 45 menit, ombaknya juga cukup terasa, apalagi berada di tengah laut dan jauh dari daratan. Tapi, subhanallah, lautan itu luas banget, airnya biru,seiring hembusan angin,ombak seperti menari indah, panorama di langit dengan awan putihnya, sesekali kupadangi pesawat terbang yang lewat kemudian menghilang tertutup awan.,indahnya luar biasa :-)...huuuffff rasanya kita semakin kecil saja diri ini di hadapan-Nya. Ciptaan-Nya sungguh ngga habis kalau dengan kata-kata, kudu dipandangi dan direnungi.
Setelah mengarungi ombak, tiba juga di Pulau Payung. Nampak di kejauhan, pasirnya yang berwarna putih,semakin mendekati,airnya tampak jernih,sehingga terlihat sekali terumbu karang yang indah. Teman-teman sudah siap untuk ber-snokeling ria. Jarak dengan daratan sebenarnya tidak terlalu jauh, kita bisa sambil berjalan-jalan di terumbu karang,karena tidak terlalu dalam. Karena tidak adanya pemanasan sebelum bersnokeling, jadi beberapa teman saya mengalami kram kaki, bahkan ada yang tertusuk terumbu karang. Penggunaan alat juga tidak efektif, karena kami tidak diberitahukan bagaimana menggunakan alat pernapasannya, jadi yang hanya disematkan di kepala aja :). Untuk yang ingin berfoto, dari guide menyediakan jasa foto dalam air, yang nanti untuk fotonya bisa dipindahkan ke penyimpan data, itupun syukur-syukur kalau ada yang bawa flash disk :-D. Sekitar 1 jam kami bersnorkeling di tengah teriknya matahari -__-"
Dari bersnorkeling, kami menepi ke Pulau Air yang letaknya tidak jauh dari Pulau Payung. Ada apa di Pulau Air, jawabannya adalah: ada bakso dan mie ayam :-). Tidak ada jajanan yang lain selain mie dan gorengan bakwan. Soal harga, pastinya harga cukup mahal. Satu porsi bakso/mie ayam sekitar Rp 10.000,-. dan gorengan bakwan Rp 1.000,-/satuan. Soal rasa, ya tergantung lidah masing-masing. Tapi sepertinya di tempat ini menjual bakso dengan ukuran, warna, dan bentuk yang sama. Mungkin mereka satu produk kali yaa!.
Nah, tidak jauh dari tempat makan, mungkin jalan sekitar 150 meter, terlihat view yang sangat indah. Hamparan pantai yang yang berpadu hijau dan biru dengan pasirnya yang putih. Anginnya yang lembut menyapu setiap deburan ombak. Sangat cocok sekali untuk sesi pemotretan :) keren!.
Setelah puas dengan pemotretan, kembali lah kami ke Pulau Tidung. Namun, bukan ke dermaganya tapi mampir sebentar ke Pulau Tidung Kecil yang berada di sebelah timur Pulau Tidung Besar. Kedua pulau ini tersambung oleh sebuah jembatan kayu yang sangat indah. Kita bisa menyusuri jembatan itu sambil melihat ke bawah laut yang bening dengan pemandangan karang-karang dan ikan yang beraneka warna. Panjang jembatan sekitar dua kilometer.
Di sekitar jembatan terdapat beberapa kerambah milik nelayan setempat. Menapaki pantai Pulau Tidung Kecil yang merupakan kawasan pengembangbiakan mangrove, melalui jalan setapak yang dipenuhi dengan ilalang, dan pantai dengan pasirnya putih lembut, pemandangan yang sangat indah, apalagi sambil minum air kelapa, hmmm seger banget deh :-)
Di awal jembatan penghubung ini, akan ditemui jembatan yang cukup tinggi untuk melalui suatu cekungan laut yang agak dalam, dimana banyak anak kecil penduduk setempat memperagakan loncat indah dari jembatan sebagai sarana bermain mereka, cukup menghibur para wisatawan dan amat mengundang keinginan untuk bisa bergabung dengan mereka melakukan loncat indah di pantai biru tanpa ombak.
Penghubung dua pulau ini terkenal dengan nama Jembatan Cinta. Dari informasi yang saya baca, Jembatan Cinta berasal dari cerita dua orang yang tengah jatuh cinta. Menurut cerita, dahulu di Pulau Tidung hanya ada dua penginapan, yaitu penginapan Lima Saudara dan penginapan Sudimampir. Salah satu penginapan khusus untuk pria dan yang satunya khusus wanita. Suatu ketika, pria dan wanita itu (sorry ngga tahu namanya-red) bertemu dan salaing jatuh hati pada pandangan pertama. Selama berlibur di sana mereka sering janjian untuk bertemu di jembatan yang baru selesai di bangun. Jembatan itu menghubungkan Tidung Besar dan Tidung Kecil. Lama- kelamaan mereka semakin suka, rasanya mereka jadi satu dan jatuh cinta. Setelah dari Tidung, mereka menikah dan punya anak. Kisah ini mereka tulis dan disebarkan di internet. Hingga akhirnya jembatan itu diberi nama dengan Jembatan Cinta. Menarik bukan :), hmmm, bagi yang memiliki pasangan, mungkin bisa mengulang kembali janji berdua di Jembatan Cinta ini =)
Hari sudah menjelang sore, kami kembali ke penginapan untuk mandi dan berganti pakaian. Diperhatikan, beberapa dari rumah warga banyak juga yang memiliki warung kecil-kecilan yang menyediakan makanan dan minuman ringat. Fasilitas umum disini juga memadai, seperti Puskesmas dengan bangunan bertingkat dan besar, lebih baik dari puskesmas ditempat saya :-D, kantor polisi, dan sekolah. Semakin sore, jalanan semakin bertambah ramai saja, entah itu yang berjalan kaki ataupun yang besepeda keliling.
Jam 7.30 malam, waktu kami dinner bersama, dengan menu yang berbeda dari sebelumnya. Lauk ayam, sayur, kerupuk dan buah jeruk. Malam ini akan dilanjutkan dengan acara BBQ di pinggir dermaga. Sepeda sudah di kirm ke penginapan dan bisa langsung digunakan. Satu orang dapat satu sepeda, kalau pun ada yang tidak bisa naik sepeda,bisa di boncengin dengan yang lain. Perjalanan ke dermaga sekitar 15 menit, tapi karena malam hari, cukup membingungkan juga karena rutenya yang berliku.
Disini sudah banyak berkumpul rombongan dari tempat lain. Mereka menggelar acara sendiri, seperti bernyanyi, bermain games, api unggun, dll. Udara yang dingin karena pas berdekatan dengan pinggir pantai, bikin suasana jadi tambah gggggrrrrrr :). Para guide sibuk menyiapkan menu barbeque yang kesemuanya serba di bakar seperti ikan-ikan, cumi dan seafood lainnya. Hmmm,tapi menurut saya tergantung besar biaya paket juga, karena saya lihat rumput tetangga lebih enak dari punya sendiri :-D, di tempat saya hanya ikan saja, tapi di tetangga ada cumi dan semacamnya :-(.
Sekitar dua jam cukup untuk bersenang-senang dengan barbeque karena makin malam udara bertambah dingin. Balik ke penginapan naik sepeda lagi, huufffff capek juga karena saya yang paling belakangan sampe :-( maklum sudah 2 tahun terakhir nggak pernah naik sepeda lagi, terakhir ya karena ada acara gathering kampus :-D.. Sampai di penginapan jam 11 malam. Oya, jangan heran kalau naik sepeda di sini, kaki dan tangan akan menjadi hitam. Ditambah lagi sepedanya tidak ada untuk rem-nya, jadi ngerem-nya pakai kaki, belum lagi tempat duduk yang rasanya aduhaaiii sakitnya :), jadi pinter-pinter aja pilih sepeda yang cocok dan berhati-hatilah selama bersepeda, dilarang ngebut :-)!!!
Hari Minggu yang cerah. Jika ada yang ingin lihat sunrise di jembatan cinta, bisa mulai bersepeda ramai-ramai dari jam setengah 6 pagi. Hari terakhir adalah acara bebas, dan bisa memakai sepeda sepuasnya, berkeliling pulau, atau mau membeli oleh-oleh sekadarnya. Oya, berkeliling pulau dengan sepeda bisa disewa antara Rp 15.000 - 20.000,-. Kalau ada yang ingin memancing dapat menyewa sebuah perahu nelayan dengan tarif sekitar Rp 400.000,-/hari, dan pastinya puas banget, karena selain memancing dapat mengelilingi pulau sambil bersnorkeling ria. Biaya sewa alat snorkeling cukup Rp 35.000,-. Nikmatin pesona sunrise dan sunset yang indah setiap harinya :).
Menu makan pagi kami kali ini nasi kotak, isinya apa???ya, mie yang dikecapin, nasi uduk, telur disambelin, plus krupuk. Soal rasa, yang begitulah :) seperti yang dibilang tadi. Selesai makan pagi, saya jalan-jalan bersama teman untuk mencari oleh-oleh kaos. Sayangnya tempat penjualan oleh-oleh tidak terlalu banyak, hanya disekitar dermaga saja dan kurang variatif. Untuk kaos harganya sekitar Rp 30-40 ribu/satuan, dan makanan seperti kerupuk atau dodol rumput laut mulai harga Rp 5.000,-.
Sehabis berkeliling, kembali ke penginapan bersiap-siap untuk pulang. Sengaja kami mengejar kapal siang hari, agar sampai di Muara Angke tidak terlalu sore. Alhamdulillah, kapal yang kami tumpangi siap berangkat jam 12 siang. Nikmatnya, sekarang kami berada di dek atas, jadi lebih berasa lagi anginnya dan ayunan air laut beserta sembuaran air lautnya :)..wwuuuhhh jadi bikin ngantuk banget!! Tiga jam kemudian kami tiba di Muara Angke.
Perjalanan yang sangat menyenangkan. Ini saja baru pulau kecil yang ada di Jakarta, dan begitu indahnya. Indonesia memang kaya dengan pulau-pulaunya yang cantik nan eksotis. See you again in next trip :). Selamat jalan-jalan ^_^
Menu makan siang kami sangat sederhana. Ikan bawal pesmol, tahu goreng, kerupuk, sayur sop yang lebih banyak kuahnya daripada sayurannya :-),pisang dan aqua. Soal rasa, jangan ditanya..dibilang pas di mulut ga juga,dibilang kurang bumbu, sepertinya begitu! Mungkin karena letak pasar yang jauh dari pulau, jadi bumbunya juga terbatas dan rasa makanannya juga datar, anyep :), yah lumayan deh...
Selesai makan siang, kami melanjutkan untuk snorkeling. Huffff,siang-siang bolong pergi ke tengah laut. Sebenarnya saya tertarik untuk berkeliling sepeda, baru esok paginya snorkeling. Tapi karena sudah ditentukan dari travelnya, kami snorkeling dulu baru bersepeda. Kumpul di basecamp travel-nya, briefing sebentar untuk perkenalan alat dan cara memakainya. Siap deh meluncur ke Pulau Payung untuk snorkeling.
Perahu yang digunakan seperti perahu sampan,yang alat kemudinya masih tradisional,sebuah besi panjang yang terhubung dengan mesin perahu. Perjalanan kami ke Pulau Payung sekitar 45 menit, ombaknya juga cukup terasa, apalagi berada di tengah laut dan jauh dari daratan. Tapi, subhanallah, lautan itu luas banget, airnya biru,seiring hembusan angin,ombak seperti menari indah, panorama di langit dengan awan putihnya, sesekali kupadangi pesawat terbang yang lewat kemudian menghilang tertutup awan.,indahnya luar biasa :-)...huuuffff rasanya kita semakin kecil saja diri ini di hadapan-Nya. Ciptaan-Nya sungguh ngga habis kalau dengan kata-kata, kudu dipandangi dan direnungi.
Setelah mengarungi ombak, tiba juga di Pulau Payung. Nampak di kejauhan, pasirnya yang berwarna putih,semakin mendekati,airnya tampak jernih,sehingga terlihat sekali terumbu karang yang indah. Teman-teman sudah siap untuk ber-snokeling ria. Jarak dengan daratan sebenarnya tidak terlalu jauh, kita bisa sambil berjalan-jalan di terumbu karang,karena tidak terlalu dalam. Karena tidak adanya pemanasan sebelum bersnokeling, jadi beberapa teman saya mengalami kram kaki, bahkan ada yang tertusuk terumbu karang. Penggunaan alat juga tidak efektif, karena kami tidak diberitahukan bagaimana menggunakan alat pernapasannya, jadi yang hanya disematkan di kepala aja :). Untuk yang ingin berfoto, dari guide menyediakan jasa foto dalam air, yang nanti untuk fotonya bisa dipindahkan ke penyimpan data, itupun syukur-syukur kalau ada yang bawa flash disk :-D. Sekitar 1 jam kami bersnorkeling di tengah teriknya matahari -__-"
Dari bersnorkeling, kami menepi ke Pulau Air yang letaknya tidak jauh dari Pulau Payung. Ada apa di Pulau Air, jawabannya adalah: ada bakso dan mie ayam :-). Tidak ada jajanan yang lain selain mie dan gorengan bakwan. Soal harga, pastinya harga cukup mahal. Satu porsi bakso/mie ayam sekitar Rp 10.000,-. dan gorengan bakwan Rp 1.000,-/satuan. Soal rasa, ya tergantung lidah masing-masing. Tapi sepertinya di tempat ini menjual bakso dengan ukuran, warna, dan bentuk yang sama. Mungkin mereka satu produk kali yaa!.
Nah, tidak jauh dari tempat makan, mungkin jalan sekitar 150 meter, terlihat view yang sangat indah. Hamparan pantai yang yang berpadu hijau dan biru dengan pasirnya yang putih. Anginnya yang lembut menyapu setiap deburan ombak. Sangat cocok sekali untuk sesi pemotretan :) keren!.
Setelah puas dengan pemotretan, kembali lah kami ke Pulau Tidung. Namun, bukan ke dermaganya tapi mampir sebentar ke Pulau Tidung Kecil yang berada di sebelah timur Pulau Tidung Besar. Kedua pulau ini tersambung oleh sebuah jembatan kayu yang sangat indah. Kita bisa menyusuri jembatan itu sambil melihat ke bawah laut yang bening dengan pemandangan karang-karang dan ikan yang beraneka warna. Panjang jembatan sekitar dua kilometer.
Di sekitar jembatan terdapat beberapa kerambah milik nelayan setempat. Menapaki pantai Pulau Tidung Kecil yang merupakan kawasan pengembangbiakan mangrove, melalui jalan setapak yang dipenuhi dengan ilalang, dan pantai dengan pasirnya putih lembut, pemandangan yang sangat indah, apalagi sambil minum air kelapa, hmmm seger banget deh :-)
Di awal jembatan penghubung ini, akan ditemui jembatan yang cukup tinggi untuk melalui suatu cekungan laut yang agak dalam, dimana banyak anak kecil penduduk setempat memperagakan loncat indah dari jembatan sebagai sarana bermain mereka, cukup menghibur para wisatawan dan amat mengundang keinginan untuk bisa bergabung dengan mereka melakukan loncat indah di pantai biru tanpa ombak.
Penghubung dua pulau ini terkenal dengan nama Jembatan Cinta. Dari informasi yang saya baca, Jembatan Cinta berasal dari cerita dua orang yang tengah jatuh cinta. Menurut cerita, dahulu di Pulau Tidung hanya ada dua penginapan, yaitu penginapan Lima Saudara dan penginapan Sudimampir. Salah satu penginapan khusus untuk pria dan yang satunya khusus wanita. Suatu ketika, pria dan wanita itu (sorry ngga tahu namanya-red) bertemu dan salaing jatuh hati pada pandangan pertama. Selama berlibur di sana mereka sering janjian untuk bertemu di jembatan yang baru selesai di bangun. Jembatan itu menghubungkan Tidung Besar dan Tidung Kecil. Lama- kelamaan mereka semakin suka, rasanya mereka jadi satu dan jatuh cinta. Setelah dari Tidung, mereka menikah dan punya anak. Kisah ini mereka tulis dan disebarkan di internet. Hingga akhirnya jembatan itu diberi nama dengan Jembatan Cinta. Menarik bukan :), hmmm, bagi yang memiliki pasangan, mungkin bisa mengulang kembali janji berdua di Jembatan Cinta ini =)
Hari sudah menjelang sore, kami kembali ke penginapan untuk mandi dan berganti pakaian. Diperhatikan, beberapa dari rumah warga banyak juga yang memiliki warung kecil-kecilan yang menyediakan makanan dan minuman ringat. Fasilitas umum disini juga memadai, seperti Puskesmas dengan bangunan bertingkat dan besar, lebih baik dari puskesmas ditempat saya :-D, kantor polisi, dan sekolah. Semakin sore, jalanan semakin bertambah ramai saja, entah itu yang berjalan kaki ataupun yang besepeda keliling.
Jam 7.30 malam, waktu kami dinner bersama, dengan menu yang berbeda dari sebelumnya. Lauk ayam, sayur, kerupuk dan buah jeruk. Malam ini akan dilanjutkan dengan acara BBQ di pinggir dermaga. Sepeda sudah di kirm ke penginapan dan bisa langsung digunakan. Satu orang dapat satu sepeda, kalau pun ada yang tidak bisa naik sepeda,bisa di boncengin dengan yang lain. Perjalanan ke dermaga sekitar 15 menit, tapi karena malam hari, cukup membingungkan juga karena rutenya yang berliku.
Disini sudah banyak berkumpul rombongan dari tempat lain. Mereka menggelar acara sendiri, seperti bernyanyi, bermain games, api unggun, dll. Udara yang dingin karena pas berdekatan dengan pinggir pantai, bikin suasana jadi tambah gggggrrrrrr :). Para guide sibuk menyiapkan menu barbeque yang kesemuanya serba di bakar seperti ikan-ikan, cumi dan seafood lainnya. Hmmm,tapi menurut saya tergantung besar biaya paket juga, karena saya lihat rumput tetangga lebih enak dari punya sendiri :-D, di tempat saya hanya ikan saja, tapi di tetangga ada cumi dan semacamnya :-(.
Sekitar dua jam cukup untuk bersenang-senang dengan barbeque karena makin malam udara bertambah dingin. Balik ke penginapan naik sepeda lagi, huufffff capek juga karena saya yang paling belakangan sampe :-( maklum sudah 2 tahun terakhir nggak pernah naik sepeda lagi, terakhir ya karena ada acara gathering kampus :-D.. Sampai di penginapan jam 11 malam. Oya, jangan heran kalau naik sepeda di sini, kaki dan tangan akan menjadi hitam. Ditambah lagi sepedanya tidak ada untuk rem-nya, jadi ngerem-nya pakai kaki, belum lagi tempat duduk yang rasanya aduhaaiii sakitnya :), jadi pinter-pinter aja pilih sepeda yang cocok dan berhati-hatilah selama bersepeda, dilarang ngebut :-)!!!
Hari Minggu yang cerah. Jika ada yang ingin lihat sunrise di jembatan cinta, bisa mulai bersepeda ramai-ramai dari jam setengah 6 pagi. Hari terakhir adalah acara bebas, dan bisa memakai sepeda sepuasnya, berkeliling pulau, atau mau membeli oleh-oleh sekadarnya. Oya, berkeliling pulau dengan sepeda bisa disewa antara Rp 15.000 - 20.000,-. Kalau ada yang ingin memancing dapat menyewa sebuah perahu nelayan dengan tarif sekitar Rp 400.000,-/hari, dan pastinya puas banget, karena selain memancing dapat mengelilingi pulau sambil bersnorkeling ria. Biaya sewa alat snorkeling cukup Rp 35.000,-. Nikmatin pesona sunrise dan sunset yang indah setiap harinya :).
Menu makan pagi kami kali ini nasi kotak, isinya apa???ya, mie yang dikecapin, nasi uduk, telur disambelin, plus krupuk. Soal rasa, yang begitulah :) seperti yang dibilang tadi. Selesai makan pagi, saya jalan-jalan bersama teman untuk mencari oleh-oleh kaos. Sayangnya tempat penjualan oleh-oleh tidak terlalu banyak, hanya disekitar dermaga saja dan kurang variatif. Untuk kaos harganya sekitar Rp 30-40 ribu/satuan, dan makanan seperti kerupuk atau dodol rumput laut mulai harga Rp 5.000,-.
Sehabis berkeliling, kembali ke penginapan bersiap-siap untuk pulang. Sengaja kami mengejar kapal siang hari, agar sampai di Muara Angke tidak terlalu sore. Alhamdulillah, kapal yang kami tumpangi siap berangkat jam 12 siang. Nikmatnya, sekarang kami berada di dek atas, jadi lebih berasa lagi anginnya dan ayunan air laut beserta sembuaran air lautnya :)..wwuuuhhh jadi bikin ngantuk banget!! Tiga jam kemudian kami tiba di Muara Angke.
Perjalanan yang sangat menyenangkan. Ini saja baru pulau kecil yang ada di Jakarta, dan begitu indahnya. Indonesia memang kaya dengan pulau-pulaunya yang cantik nan eksotis. See you again in next trip :). Selamat jalan-jalan ^_^
Boleh tw alamat yg menyediakan paket wisatanya gak? Travel yg menyediakannya di bandung kan?
ReplyDelete